Asal Usul Orang Rao (Dalam Beberapa Versi)

LensaKawo.Com - Sudah banyak pendapat tentang asal – usul orang Rao kita temukan pendapat tersebut antara lain sebagai berikut :
Menurut Amir.B dalam tulisannya “Minang Kabau Manusia dan Kebudayaan” diceritakan dua orng yang berasal dari Balai Janggo Pagaruyung bernama Tum Barido dan Tum Kayo mencari tanah garapan di utara pagaruyung, setelah didapatkan di daerah Pasaman mereka membagi dua daerah ini,
Tum Barida dan pengikutnya menerapkan sistem adat Koto Piliang, Tum Kayo dan pengikutnya menerapkan Adat Bodi Caniago
Menurut Djafri Dt. Bandaro Lubuak Sati “Dari Warih Nan Dijawek” yang bersumber dari daerah Limo Puluah Koto antara lain menyebutkan asal usul orang Rao secara umum juga orang Pasaman adalah kelanjutan penyebaran Limo Puluh Koto yang berasal dari Pariangan Padang Pajang yang bergarak ke arah utara mencari daerah pertanian di kaki gunung Sago, penyebaran selanjutnya empat orang dari Limo Pulunh Koto itu berangkat kearah utara menyusuri sungai, satu orang tinggal di Ipuh,satu orang tinggal di Mungka Koto Tuo dan dua orang lagi terus ke Mahat Aur Berduri sampai ke Kapur, Rokan, kemudian berkembang ke Muaro Sibelayang, Lubuk Layang, Padang Nunang yang tersebut terakhir itulah yang menjadi Rao Mapat Tunggul atau Rao Mapat Cancang.
Menurut Tambo Sutan Nan Salapan yang naskah aslinya dicap dengan stempel Sultan Seri Maharajo Dirajo Sultan abdul Jalil menyebutkan “Adaopun nan turun ka Rao Mandahiliang sampai ka Toboh Sultan Mahyudi namonyo”
Menurut Ahmad Dt. Tuah dan A. Dt Majo Indo dalam Tambo Alam Minang Kabau (1958) tentang asal sul penduduk Cubadak dan Talu menyebutkan bahwa “Datuk-datuk yang di Rao telah memberikan tanah kepada Rajo Gunung Mulia dan penduduk Mandahiling Gadang kemudian Datuk – datuk di Rao dialahkan oleh Rajo Gunung Mulia,dengan demikian Datuk –datuk di Rao pergi entah kemana, sementara daerah pemberian itu diberi nama Sontang
Dari penelitian Dr. Mukhtar Naim dalam tulisannya “Merantau” menjelaskan bahwa “Suku asli penduduk di sana disebut Suku Lubu atau Ulu termasuk kedalam Ras Minang kabau
Menurut MO Parlindungan SH, mengatakan bahwa “sebelum rombongan pertama dari suku bangsa Batak mendarat di Muara sungai Sorkam, di muara sungai Batang Toru sudah terlebih dahulu suatu suku bangsa lain yang bukan Proto Malayan, suku bangsa Lubu sebangsa dengan orang Kubu, Semang, Sakai, Andanam dan Nicobar yang tersebar keseluruh Nusantara. (6)
Kalau kita analisa pendapat diatas, beberapa versi yang berasal dari Tambo mengatakan bahwa asal – usul orang Rao berasal dari Pagaruyuang. Tetapi jika dari penelitian Dr Mukhtar Naim dengan pendapat dari MO Parlindungan mengatakan bahwa asal- usul orang Rao Berasal dari Champa yaitu suku bangsa Lubu bukan dari Pagaruyuang, hal ini sesuai dengan pendapat orang tua – tua di Rao yang mereka menerima pitua secara turun-temurun mengatakan bahwa asal – usul orang Rao adalah orang Lubu, hal ini sesuai pula dengan peninggalan sejarah klasik Rao yang menganut agama Hindu dan Budha yang mereka bawa dari Champa negeri asal mereka,jadi orang Rao bukanlah berasal dari Pagaruyung dan bukan pula berasal dari Batak tapi mereka adalah suku bangsa Lubu yang menyeberang ke Sumatera dari Champa. Imigran suku bangsa Lubu ini terjadi dalam dua gelombang yaitu :
Gelombang pertama seperti apa yang dikatakan MO parlindungan sekitar abad ke 2 suku bangsa Lubu ini mendarat di Muara Sungai batang Toru terus bergerak ke Pedalaman Sumatera seperti Sipirok, Padang Lawas, Tapsel dan pedakaman Sunatera lainnya.
Gelombang kedua sesuai dengan cerita orang tua-tua Rao bahwa di Abad ke 6 masehi datang ke Rao suku bangsa Lubu yang menganut Agama Hindu Brahmanis Sekte Bhairawa,mereka datang melalui selat Malaka masuk ke Muara sungai Rokan (Sumpu) dan memudikkan sungai tersebut melawan arus sungai dan mendarat di suatu tempat yang disebut Lubuk Godang, karena mereka beragama Hindu maka merekajuga mempunyai kasta / klas / Strata sosial antara lain :
Kasta Ompu ( Brahmana )
Kasta Kandang Kopuoh ( Ksatria )
Kasta Mandailing ( Waisya )
Kasta Pungkut ( Sudra )

Mereka membuat kampung pertama dan tempat perladangan di Lubuk Godang sistim perladangan mereka secara berpindah-pindah menurutkan kesuburan tanah. dalam membuka hutan tempat perladangan mereka bertemu dengan bangsa asli Sunatera yang tinggal dipedalaman yang disebut bangsa Leco, bangsa asli ini masih sangat primitif belum mengenal pakaian dan makanan yang diolah dengan api, tingginya tidak lebih dari satu meter tapi menurut keterangan masyarakat setempat mereka sangat kuat dapat membalik-balikkan batu- batu yang besar melebihi besar tubuhnya dalam rangka mencari /mengalah ikan. Ikan yang didaoat dari mengalah tersebut dimakan dengan mentah-mentah tanpa dimasak lebih dahulu, bangsa Leco ini belum mengenal rumah tempat tinggal mereka hidup berkelompok dan berpindah pindah di pedalaman sumatera, menurut orang-orang Rao sampai sekarang pun masih ada Leco yang tinggal di hutan di daerah Rao , Pasaman Barat, Madina, Pasir Pongoraian, Rokan Jambi dan tempat lainnya di pedalaman sumatera tapi sekarang Leco sangat jarang ditemukan, biasanya mereka baru dapat ditemukan manakala mereka sedang asik mencari ikan di sungai.
Menurut cerita masyarakat setempat yang diceritakan secara turun temurun mengatakan bahwa dalam meluaskan daerah pertaniannya bangsa Lubu mendapat tentangan dari dari bangsa Leco namun mereka mengalahkan bangsa leco dengan taktikmenakut-nakuti bangsa Leco denga cara memancung pucuk bambu (Aur) sehungga bangsa leco menganggap bangsa Lubu bertubuh tinggi besar kata mereka orang lubu Godang ( orang Lubu besar ) dari kata Lubu Godang inilah asal mula nama negeri Lubuk Godang.
Menurut masyarakat Soma bahwa nama kampung Sibintaian berasal dari kalimat bersibantaian antara orang Lubu dengan Leco, menurut cerita bahwa ditempat ini telah terjadi peperangan bangsa Lubu dengan bangsa Leco sehingga bangsa Leco yang kalah mengisolasikan diri dipedalaman sumatera.

Jika kita tinjau kepada kasta – kasta suku bangsa Lubu maka dapat di analisa bahwa sebenarnya orang Mandailing di Sumatera Utara sebenarnya juga berasal dari suku bangsa Lubu hal ini dapat dibuktikan berdasarkan pengamatan bahwa suku Mandailing dan suku Pungkut yang ada di Rao sebenarnya bukanlah marga melainkan kasta atau tingkatan kedudukan dalam masyarakat Hindu di padalaman sumatera. Kasta Mandailing dan Pungkut bergerak ke utara mencari tanah yang subur untuk dijadikan tanah pertanian, setelah didapat mereka menamakan daerah tersebut dengan nama Mandailing dan Koto Pungkut yang akhirnya berobah menjadi Huta Pungkut, dalam hal ini berarti orang Mandailing, Sipirok, Padang Lawas dan sekitarnya bukanlah orang Batak tetapi mereka adalah orang Lubu (melayu). Hal ini dapat dibuktikan melalaui sejarah kerajaan Haru dan Panai, kedua kerajaan ini disebut kerajaan Melayu bukan kerajaan Batak, dulunya mereka memakai bahasa melayu sama dengan bahasa Rao, namun pada abad ke 16 terjadi ekspansi orang – orang Batak kearah timur dan selatan melalui asimilasi mereka akhirnya bahasa melayu disana punah dikalah oleh bahasa Batak, demikian pula halnya terhadap bahasa Rao (bahasa melayu baku) ke depan akan punah digeser oleh bahasa batak dan bahasa minang.
Dengan semakin berkenbangnya suku bangsa Lubu di Rao sehingga mereka keluar dari daerah Rao mencari tanah yang subur untuk pertanian, kearah utara yaitu ; Mandailing, Sipirok, Padang Lawas disini mereka berasimilasi dengan orang – orang Lubu yang datang pada abad ke 2, penyebaran mereka berlanjut sampai ke Aceh melalui pantai timur sumatera kecuali daerah Tapanuli Utara yang telah didiami oleh orang Batak dan daerah Aceh Gayo yang didiami oleh orang Batak Gayo. Kearah selatan melalui Agam, Tanah Datar, Painan, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan kecuali daerah danau Rangau yang lebih dahulu didiami oleh bangsa Batak Rangau. Kearah timur mereka sampai ke Rokan, Dalu – dalu, Pasir Pongoraian, Pantai Timur dan Kepulauan Riau. Kearah barat mereka sampai ke pesisir pantai barat seperti Air Bangis, Natal, Sibolga, Barus dan Singkil, dibeberapa tempat mereka berasimilasi dengan bangsa Proto Malayan (batak), menurut orang tua –tua Rao sesuai dengan Pantun mengenai kekuasaan Rao :
Riringgiek Tebang Jo Olang
Tebang Mombubuong ko Udaro
Dari Sungei Soriak ko Gunuang Molintang
Tosobuik Luhak Tanah Rao
Orang tua-tua Negeri Koto Rajo pernah mengatakan bahwa kekuasaan Kerajaan Rao adalah dari lauik kelauik.
Jadi menurut orang tua-tua yang mengetahui tentang sejarah Rao mengatakan bahwa kekuasan Rao dari sungai Soriek sampai ko gunuong Molintang, dari lauik ko lauik, berarti wilayah kekuasan pada zaman dahulu kira –kira :
Sebelah timur berbatas dengan pantai timur sumatera.
Sebelah barat berbatas dengan pantai barat sumatera.

(berbagai sumber)

Komentar