Oh ... Koto Rajo ku..., Kumerinduimu yang Dulu...

Asslamumu'alaikum. Wr.Wb.
Koto Rajo, syarat dengan keramahtamahan masyarakat yang selama ini melekat disetiap lini kehidupannya. Alam nan elok dan asri senantiasa setia menghiasi, bukit barisan yang membentang sepanjang nagari menambah kemolekan negeri. Sungai mngalir jernih dengan ikan larangannya yang memiliki pesona tersendiri saat keakraban menyatu dalam penangkapan kan bersama. Nuasa religi nan agamis tercermin dengan berdirinta masjid megah dan langgar hingga saat ini masih tegak dengan kokoh. Dan momen itu adanya sudah sejak lama.
Itu cerita dulu.
Lain halnya dengan situasi dan kondisi hari ini. Sepertinya
keramahtamahan sudah mulai memudar seiring masuknya teknologi tanpa filter, sedikit demi sedikit menggerogoti anak negeri yang mulai kecanduan menyita waktu berjam-jam betah di depan layar televisi, game online dan smartphone murah, mereka katakan bahwa dunia dalam genggaman. Itulah kenyataannya.
Hijaunya hutan dan alam sudah mulai tergerus oleh penebangan secara liar, katanya ini "illegal loging". yang akhirnya satu persatu be-bukitan mulai tak ada daya untuk menyerap dan menampung curah hujan yang makin deras menderu. So, akhirnya anak-anak sungai tak lagi sejernih dulu, keruh sudah pasti. Hamparan sawah nan hijau tak tampak lagi seperti dulu karena sudah menjadi lautan pasir yang dikirim oleh banjir yang sepertinya kian akrab di tengah kemelutnya musim penghujan.
Ketidak-akuran sudah terlihat akibat masuknya politik tak sterril ke kalangan pemuka adat dan masyarakat. Agama seakan mengekor dan tak tahu lagi kemana arah kiblat sesungguhnya, karena memang telah dikalahkan oleh materi yang sebenarnya tak sebanding dengan harga karet saat panen seminggu. Dekadensi moral, mamak sudah menjadi mandan dalam bergulatan batu yang ditampar ke atas meja dihampir setiap malam.
Mereka yang belia hilang teladan, ayahnya tak lagi bangun pagi untuk mengajak subuh berjamaah. Ibunya asyik dengan remote sinetron, yang sepertinya setiap malam semakin seru saja.
Stake holder selaku pengambil kebijakan mulai tangga terendah hingga teratas agaknya cuek saja, atau mungkin tak ada penyangga buat penyokong program yang sudah didesain sedemikian rupa. Atau hanya pana-panas 'cirik' ayam saja. Entahlah.
Tapi yang jelas, itulah kenyataannya. Virus segala virus agaknya telah merasuki setiap rongga terkecil setiap pembuluh darah mereka. Tinggal menunggu akutnya saja. Atau mungkin hingga tersingkir ke ruang isolasi karena sudah stadium akhir.
Kita tunggu saja keajaiban dari Tuhan. Semoga ini tidak berlangsung lama. Karena masih banyak episode seru nan cerdas dan bisa dibanggakan akan segera hadir menyapa.
Cerita lama lupakan saja.

Komentar