Kenali Tipe Keluargamu (Part.2)

gb1LensaKawo.Com. Setelah sobat membaca tipe keluarg pertama, tentu tidak lengkap rasanya jika belum lanjut kepada tipe keluarga berikutnya. Apa sih tipe keluarga yang kedua?


Kedua, Tipe Keluarga Pasar. Tipe ini sepertinya 180 derajat sangat kontras dengan tipe keluarga kuburan. Penulis yakin bahwa pembaca dapat membayangkan bagaimana kondisi keberadaan pasar, yap,, tidak pernah tenang, bahkan setiap detik selalu ada jeritan, pekik suara pedagang yang menjajakan barang dagangannya. Penjual pakaian bersorak agar pakaian yang ia jual untuk dibeli, karena menurut dia barang jualannyalah yang bagus. Pedagang yang lain bersorak lagi, jualan dia yang bagus. Sepintas lalu mungkin itu kita anggap wajar, akan tetapi jika “diinok-manuangkan” menimbulkan sebuah persaingan yang tidak sehat. Dan bahkan pembeli sebagai pelanggan dapat terkecoh/tertipu dengan barang yang sudah mereka beli. Jika diibaratkan kepada sebuah keluarga, ini artinya di dalam keluarga itu saling “basitagang urek lihie”. Apa yang akan terjadi jika di dalam sebuah keluarga fenomena seperti ini sering kita temukan. Sepintas lalu ini agak lucu, setiap hari tetangga sebelah harus mendengar suara gelas/piring pecah, atau suara pintu yang dibanting.


Menurut istri dia yang harus begini dan begitu, pendapat dan idenya yang mesti dinomor satukan, akan tetapi menurut suami, dia yang paling hebat. Sehingga tidak ada ketenangan dan keharmonisan dalam keluarga itu. Dampaknya dari keluarga seperti ini sangatlah luar biasa terhadap anak. Penulis mengutip dari buku Psikologi Komunikasi (Jalaluddin Rakhmat) tentang sebuah sajak yang dibacakan oleh Koesdarini, pada sebuah seminar Ilmu Komunikasi di Unpad.


Children Learn What They Live  (Anak Belajar Dari Kehidupannya)


Jika Anak Dibesarkan Dengan Celaan, Dia Belajar Memaki


Jika Anak Dibesarkan Dengan Permusushan, Ia Belajar Berkelahi


Jika Anak Dibesarkan Dengan Cemoohan, Ia Belajar Rendah Diri


Jika Anak Dibesarkan Dengan Penghinaan, Ia Belajar Menyesali Diri


Jika Anak Dibesarkan Dengan Toleransi, Ia Belajar Menahan Diri


Jika Anak Dibesarkan Dengan Dorongan, Ia Belajar Percaya Diri


Jika Anak Dibesarkan Dengan Pujian, Ia Belajar Menghargai


Jika Anak Dibesarkan Dengan Sebaik-baik Perlakuan, Ia Belajar Keadilan


Jika Anak Dibesarkan Dengan Rasa Aman,  Ia Belajar Menaruh Kepercayaan


Jika Anak Dibesarkan Dengan Dukungan, Ia Belajar Menyenangi Dirinya


Jika Anak Dibesarkan Dengan Kasih Sayang dan Persahabatan, Ia Belajar Menemukan Cinta Dalam Kehidupan


divorce


bersambung...

Komentar