Tidak Masuk Di Akal, Tapi Masuk Di Hati

akalhatiLensaKawo.Com. Tuhan menciptakan manusia lebih sempurna dibanding makhluk yang lain, baik dari sisi fisik maupun dari segi potensi yang dimiliki. Misal sederhana saja bahasa, kita ambil satu contoh hewan berupa ayam; bahasa ayam sama saja, dimana dan darimanapun dia berasal, bahasanya sama saja, kan tidak ada ayam mengembek? (lucu jadinya). Begitu juga dengan makhluk lain yang sejenis baik yang beraki dua, kaki empat, maupun yang tidak berkaki.


Beda halnya dengan manusia, jangankan antar benua atau negara, antar kampung saja bahasanya tbanyak yang tidak sama. Orang Batak punya bahasanya sendiri, orang Minang juga, orang Jawa hingga orang Papua. Akan tetapi bukan itu yang saya maksud dalam tulisan ini, melainkan bahwa manusia itu diberikan dua potensi oleh Tuhan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu akal pikiran dan hati.


Banyak hal yang tidak sejalan dari kedua potensi tersebut; ada yang masuk di akal, namun tidak diterima oleh hati. Atau sebaliknya; diterima oleh hati tetapi tidak tercerna oleh akal. Gimana kira-kira menurut sobat? Bingung..??


Yuk kita lihat satu persatu secara sederhana;


Bagi saya sih simpel saja, bahwa ada hal-hal yang memang ditakdirkan untuk dipikirkan dan itu bisa dipikirkan, maka itulah makanan akal. Namun banyak pula hal-hal yang tidak bisa dipikirkan karena tidak terjangkau oleh akal, maka itulah dia makanan hati. Selesai perkara.


Makanan akal yang saya maksud disini adalah berupa ilmu pengetahuan, sedangkan makanan hati adalah berupa keyakinan, keimanan, atau aqidah.


Ilmu manusia sifatnya terbatas, walaupun ada penelitian ilmiah yang menyebutkan bahwa otak manusia baru difungsikan kurang dari 20 % saja. Jika manusia hanya mengandalkan tok pada pikiran saja, inilah mereka yang mendewakan ilmu pengetahuan, ujung-ujungnya mereka menjadi penganut paham atheis, menuhankan pikiran. Mereka beranggapan bahwa segala sesuatu yang tidak masuk akal, berarti tidak ada (alias) omong kosong belaka. Artinya lagi, hati tidak mereka fungsikan. Semua dihitung berdasarkan rasionalitas belaka.


Dalam istilah agama, ada aliran yang disebut jabariyah, yaitu nasib seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri dan tidak ada campur tangan Tuhan.


Ngomong-ngomong soal ilmu pengetahuan, di dalam sebuah ayat dalam al-qur’an dikatakan;


(..Wama utitum minal’ilmi illa qolila)....dan tidaklah Kami beri kamu ilmu melainkan sedikit”


Perumpamaan sederhana mengenai ilmu yang dimiliki oleh manusia;


Anggap saja sobat tengah berdiri di tepi pantai pada malam hari dengan membawa satu buah senter (batre), diisi 2 buah batre baru, lalu mengarahkan cahaya senter tersebut ke tengah laut. Kira-kira seberapa jauh jarak cahaya yang dihasilkan dari senter itu? Mungkinkah 1 kilometer? 2 kilometer? Atau mencapai 5 atau 10 kilometer? Anggaplah segitu.


Nah, maka itulah misal ilmu yang dimiliki oleh manusia. Apakah sobat yakin bahwa manusia sudah sampai ke planet yang bernama bulan? Apakah benar jumlah planet di luar angkasa itu sebanyak 5 atau 7 ?


Lalu ada banyak hal-hal irrasional yang memang bukan makanan dari akal. Perasaan jatuh cinta itu tidak bisa dicerna akal, begitu juga cemburu. Soal pokok yang jadi masalah super besar yang sering jaadi perdebatan adalah konsep Tuhan.


Ada yang berusaha merasionalkan wujud Tuhan dengaan berbagai bentuk, ada yang mentafsirkan Tuhan itu punya tahta kerajaan, ada yang menyerupakan dengan sosok manusia, hewan, dll. Ini ternyata hanyalah permainan akal-akalan sekelompok orang yang punya kepentingan tertentu saja.


Banyak hal-hal yang tidak kasat mata, tetapi dia ril adanya.


Segelas air putih yang sobat tambahkan satu sendok gula pasir, lalu perlahan diaduk sehingga wujud gula tak lagi terlihat. Kemudia sobat suguhkan kepada orang lain, namun sebelumnya sobat bertanya kepada orang itu; apakah di dalam segelas air itu ada gula?, bisa diprediksi jawan yang akan muncul dari teman anda itu;




  • Tidak, karena saya tidak melihatnya, dan ini hanya air putih biasa

  • Bisa jadi ada, namun saya coba cicipi terlebih dahulu

  • Iya, kalau rasanya manis berarti ada gulanya, jika hambar tentu tak ada gula di dalamnya.


Yap, benar sekali sob, rasa manis pada segelas air tadi bisa dirasakan, namun tidak bisa dilihat. Artinya tolak ukur melihat ada atau tidaknya sesuatu itu tidak tergantung pada MATA saja, tetapi ada indra lain yang bisa merasakan.


Contoh lain, anda tengah sakit gigi, lalu saya katakan anda berbohong. Lalu anda marah pada saya karena tidak meyakini bahwa anda benar atau tidak sakit gigi. Saya katakan lagi; kok saya tidak (merasakan/melihat) sakit yang anda alami? Saya tidak melihatnya.


Artinya lagi; sakit gigi yang sobat alami bisa anda rasakan, dan saya tidak ikut merasakan. Dia ada tetapi tidak terlihat. Paling dengan indikasi anda menempelkan koyo pada pipi anda.


So, sebenarnya itulah secuil kecil perumpamaan bahwa yang abstrak itu ada, bahasa agamanya ‘ghaib’, tidak terlihat oleh mata tetapi mereka ada di sekitar kita.


Sekali lagi, jatuh cinta itu tidak masuk di akal tetapi masuk di hati. Bahagia itu tidak tercerna akal tetapi dirasakan oleh hati.


Sobat tau dong; kalau pakaian yang kita paakai ini asalnya dari kain – kain kan dari benang – benang dari kapas – kapas itu tumbuhan yang tumbuh di tanah – tanah ini dari mana ? asal kapas taadi dari mana ? dan seterusnya. Maka muara dari semua itu adalah dari Tuhan yang Maha Menciptakan. Jika sobat tetap memikirkan ‘Zat’ Tuhan, maka bersiap-siaplah untuk ‘ngomong dan nyengir’ sendiri. Karena itu bukan makanan akal, tetapi HATI.


Next time, saya akan coba mengulas; Hati itu yang mana sih?

Komentar

  1. […] Sobat, kadang sering kita merasionalkan yang sesungguhnya bukan makanan akal, tetapi makanan hati. Seperti tulisan LK sebelumnya, Klik saja Di Sini. […]

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda