Saat Seorang Pemuda Mencari TUHAN

imanLensaKawo.Com. Makin hari makin banyak keimanan manusia yang berganti, bahkan banyak yang pindah agama. Penyebabnya beragam. Lalu bagaimana memantapkan iman. Banyak yang mencoba merasionalkan, mencari jawaban tentang keberadaan Tuhan yang sesungguhnya. Seperti yang dialami oleh seorang pemuda ini. Bagaimana ceritanya?


Dia adalah pemuda yang baru saja menamatkan bangku sekolahnya (SMA), tanpa sepengetahuan orangtuanya, dia ternyata ikut mengisi formulir masuk salah satu perguruan tinggi bonafit di Amerika Serikat. Jurusan yang dia pilih adalah "Theology" atau jurusan aqidah/keimanan.


Setelah selang beberapa minggu, keluarlah pengumuman yang menyatakan bahwa dirinya termasuk salah satu yang diterima di universitas tersebut. Dengan besar hati dia menceritakan semua itu kepada ibunya bahwa dia diterima kuliah di luar negeri. Singkat cerita orang tua mengizinkan.


Empat tahun berlalu, si pemuda dari Indonesia ini berhasil menamatkan kuliahnya dan kembali ke tanah air. Namun, ternyata ada 3 pertanyaan yang dia bawa sebelum berangkat 4 tahun silam yang belum juga mendapatkan jawaban, bahkan setiap dosen bahkan guru besar yang mengajarpun ditanyai, dan mereka tidak mampu menjawab.


Hal itu diceritakan kepada sang ibu;


3 Pertanyaan itu adalah:




  1. Apakah benar bahwa TAKDIR Allah itu ada dan berlaku..?

  2. Apakah benar bahwa Allah itu ada? kok saya tidak pernah lihat ya?

  3. Apakah benar bahwa Iblis dan Syetan itu nanti akan disiksa di neraka? kan mereka sama2 dari api, mana mempan?


Begitu kira2 penrtanyaan yang melatarbelakangi si pemuda ini memilih kuliah ke USA, karena menurut dia jika kuliah di Indonesia, para dosennya nanti tidak akan bisa menjawab pertanyaannya itu.


Setelah si ibu mendengarkan cerita dari sang anak, si ibu hanya berkata; "nanti ibu carikan jawabannya".


Keesokan harinya, sang ibu mendatangkan seorang ustadz ke rumah mereka untuk membantu si pemuda menemukan jawaban dari pertanyaannya tsb.


Si ibu berkata; ''Nak, itu ada ustadz mau bertemu denganmu, temuilah"


Tanpa ragu si anak langsung ke ruang tamu menemui ustadz...


Setelah kenalan, pemuda ini langsung mengemukakan 3 petanyaan tadi;




  1. Apakah benar bahwa TAKDIR Allah itu ada dan berlaku..?

  2. Apakah benar bahwa Allah itu ada? kok saya tidak pernah lihat ya?

  3. Apakah benar bahwa Iblis dan Syetan itu nanti akan disiksa di neraka? kan mereka sama2 dari api, mana mempan?


tanpa kata2 sang ustadz langsung MENAMPAR si pemuda yang sudah berstatus sebagai Sarjana. dan dia terkejut luar biasa, tanpa dia sadari tangan pak ustadz sudah melayang keras di pipinya. Dengan heran dia bertanya; "kenapa ustadz menampar saya?"


ustadz menjawab; "Itulah jawaban dari 3 pertanyaanmu tadi"


si pemuda makin bingung, masak jawabannya ditampar?


ustadz..!!! Kalau memang itu jawabannya, tolong ber penjelasan pada saya..!


Ustadz menjelaskan:




  1. Nak, tadi malam kamu terfikir tidak bahwa kita akan bertemu hari ini? tadi pagi terlintas tida di kepalamu bahwa saat ini kamu akan kena tampar? si pemu menjawab tidak. lalu ustadz melanjutkan; jika sekiranya kamu tau, pasti kamu akan menghindar dari tamparan tadi, atau setidaknya menagkis tamparan dari ustadz tadi. Nah, itulah takdir Allah, kita tidak tau apa yang akan terjadi nanti, rencana memang milik kita, tetapi keutusan ada di tangan Allah.

  2. Pipimu sakit tidak?, ya sakitlah. Kok saya tidak merasakan? saya juga tidak nampak? ya..iyalah.. kan yang kena tampar bukan ustadz? Nah, rasa sakit bisa dirasakan tetapi tidak bisa dilihat. Dia ada tetapi tidak kasat mata. Begitulah keberadaan Allah yang Maha Ghaib. Mungkin untuk saat ini kita belum bisa melihat-Nya, tapi dengan amal baik, insya Allah nanti kita akan melihatnya dengan jelas dan nyata. Walau demikian, keberadaan Allah bisa kita rasakan.

  3. Pipi dan tangan ustadz terbuat dari bahan yang sama; ada kulit, daging, darah, tulang dan urat2nya. Tapi kenapa yang merasa sakit hanya pipi saja? begitulah jawaban dari pertanyaanmu yang ke-3.


Sobat, kadang sering kita merasionalkan yang sesungguhnya bukan makanan akal, tetapi makanan hati. Seperti tulisan LK sebelumnya, Klik saja Di Sini.


Semoga bermanfaat.

Komentar