Waspada Sifat 'Riya', Nilai Ibadah Bisa Gosong

LensaKawo.Com - Bismillahirrahmanirrahim, Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan buat kaum muslimin sekalian. Sebaik-baik amal adalah yang berlandaskan ilmu pengetahuan yang baik pula, bukan ikut-ikutan. Salah satu trend ramadhan kali ini adalah banyaknya penguna media sosial yang 'latah' menuliskan aktifitas ibadahnya di akun jejaring sosialnya dengan tujuan yang beragam.Lalu apakah ini boleh atau dilarang di dalam Islam?

Mohon maaf kepada semua pembaca, bukan bermaksud untuk mengggurui, cuma sekedar berbagi kebaikan ilmu. Mudah-mudahn menjadi kebaikan pula bagi kita semua.
LK sendiri adalah salah satu pengguna aktif media sosial, baik itu facebook, twitter, whasApp dan BBM. Hampir setiap login ke jejaring sosial tersebut selama 2 hari ini, selalu ada postingan status teman2 yang bertutur dengan bahas yang senada tentang ibadah yang mereka lakukan. Misalnya;
"Alhamdulillah puasa hari pertama lancar ,senang banget! "
"OTW Masjid mau tarawih"
"Alhamdulillah selesai muroja'ah 1 juz"
"Saatnya baca Al-Qur'an"
"Semoga puasaku lancar sampai bedug maghrib nanti"
"Rasanya senang banget setelah sujud disepertiga malam"
"Menu sahur hari ini (plus gambar),
sahur yuk biar kuat puasanya", dll
Hayyoo, siapa diantara pembaca yang termasuk ke dalam pembuat status tersebut?
Hal pertama yang harus diketahui adalah, Apa sih "Riya" itu? Apakah postingan di atas termasuk Riya...???
Riya itu berasal dari bahasa Ara yang berarti "Pamer" atau "Mengumbar". Lengkapnya Riya berarti memamerkan/mengumbar/menonjolkan amal (ibadah) yang dilakukan agar diketahui oleh orang lain yang maksudkan beragam, diantaranya mengaharap pujian, pengakuan, atau ingin dihormati. Sederhanya; "nih Lihat nih, saya shalat, saya sedekah, saya lagi haji/umrah, saya lagi tadarus, dll." 
Menurut  Ahli, Imam Al-Ghazali kata riya’ terambil dari kata ru’yah yang berarti “melihat”. Lebih lanjut menurut Al-Ghazali, riya’ didorong oleh kesenangan mendapat pujian dan tidak senang mendapat kritikan atau celaan.
Berikut beberapa dalil tentang perbuatan riya;

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ . وَمَنْ يُرَائِيْ يُرَائِي اللهُ بِهِ

Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya, dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan orang banyak pada hari Kiamat)”. (HR. Bukhari)
Bahkan sifat Riya itu dilongkan kepada perbuatan syirik;


إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالَ: الرِّيَاءُ, إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا, فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri kalian adalah syirik kecil”. Mereka berkata,”Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Beliau bersabda, “Dia adalah riya’. Sesungguhnya Allah -Tabaroka wa Ta’ala- akan berfirman pada hari para hamba diberi balasan berdasarkan amal-amal mereka, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian dahulu berbuat riya’ dengan amalan-amalan kalian di hadapan mereka ketika di dunia. Perhatikanlah, apakah kalian mendapatkan balasan di sisi mereka”. (HR. Ahmad)
Hati-hati, ibadah yang dilakukan dengan mengumbar ke publik adalah perbuatan riya; dan tentulah tidak mendapatkan nilai apa-apa dari Allah SWT, alias ZONK, dan hangus percuma.
Rasulullah SAW juga menjelaskan dari haditsnya;
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan (apa-apa) dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy)
Semoga kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang merugi yang amalannya sia-sia. Selalulah beristighfar dan berdoa mohon ampunan kepada Allah SWT. Sebab indikasi ramadhan ini berhasil atau tidak bisa di lihat aplikasinya setelah bulan suci ini berlalu nanti (syawal - sya'ban).

So, hanya Allah SWT lah yang Maha mengetahui apa yang kita kerjakan.
(gambar dikutip dari inspirasipintar)

Komentar