Sajak Akhir Ramadhan

LensaKawo.Com - Sejenak ku hela nafas panjang, lalu ku hentikan langkahku lantaran ada sahutan suara yang memanggil; Bergetar hatiku saat mendengar suara itu, lemas langkahku. Udara serasa berhembus pelan menyipu kedua tanganku, seakan membimbing ke sebuah arah di sana ada pelita. Bukan, suara itu bukan makhluk punya, tapi dari Sang Khalik yang Kuasa. 

Lalu ku ikuti arah angin itu, menapaki malam-malam sejuk, 
sebab semua hamba serentak bersujud. Terhitung dalam sebelas dan dua puluh tiga rakaat lengkap dengan witirnya.
Ku tengadahkan telapak dan jari jemari kedua tanganku berharap secuil ampunan, meminta selembar daun keberkahan, andai aku dapat tameng pelindung dari panasnya 'nar' di pembalasan.
Dua puluh sembilan hari itu serasa tak lama dan sebentar lagi dia akan berlalu meninggalkanku, dalam lirih dia berbisik kepada qolbu kecilku; 'terima kasih atas jamuanmu duhai hamba, terima kasih telah menghiasi malam-malamku dengan bahasa-bahasa indah, memuji dan membesarkan Khalikmu'.
Terisak dadaku seakan tak percaya bahwa kami akan segera berpisah.  
Belum sempat ku sahut bisik itu, dia melanjutkan tuturnya; 'jaga dirimu baik-baik, aku akan pergi jauh, mungkin untuk selamanya, jika kau rindu padaku, pintalah pada yang Maha Pemberi pinta agar suaatu hari nanti kita dipertemukan lagi, sekali lagi terima kasih telah menjamuku'
Lalu suara itu hilang
Ngiang sejuknya masih lekat di ujung-ujung telingaku
Ada rasa yang teramat sangat saat aku menahan mata ini agar tak sebak, sebab aku tak tahu apakah masih diizinkan kami bertamu
Rabb, begitu besar cintaku padanya, dan itu baru terasa di akhir-akhir ini, ingin rasanya kami selalu bersama sepanjang waktu, andai Kau izinkan, walau sesungguhnya aku tahu bahwa itu tak mungkin.
Aku hanya ingin kelak kami dipesatukan lagi.
Selamat jalan ramadhan,
Aku merinduimu...

(Kawo Kamil)

Komentar