LensaKawo.Com. Sudah 32 tahun umur saya, tapi minat baca (buku) saya masih dibawah standar. Walau saat lulus kuliah S-1 IPK saya 3,81 dan dinobatkan sebagai lulusan terbaik dari fakultas dengan prediket cum laude. Namun, saya belum sepenuhnya puas. Saya hanya belajar dari pengalaman hidup, minat membaca saya sangat kurang, walau setiap bulan ada 2 atau 3 buku yang saya beli, tapi sepertinya hanya menjadi koleksi pribadi. Saya pikir2, semua itu adalah hasil dari masa lalu. Masa2 saya masih di bangku SD dulu.
Saya tidak menyalahkan masa lalu, karena akan pecuma dan tidak merubah keadaan. Akan tetapi itulah yang saya sesalkan.
Selama 6 tahun saya belajar di bangku Sekolah Dasar (SD), terhitung sejak 1991 hingga 1996 tak sekalipun kami (bersama teman2 seangkatan) diperkenalkan dengan buku2 bacaan, dan tak kenal juga wujud dari sebuah perpustakaan. Sehingga saya hanya memadakan yang ada saja, belajar dengan setengah pensil yang penghapusnya dari karet pengikat terlilit dibagian atas, serta buku tulis isi 18 lembar bergambar tari piring dan rumah adat minangkabau. Itu saja.
Hasilnya, tak banyak yang bisa saya dapat, bahkan Monas adalah singkatan dari.... (saja) saya tidak bisa menjawab. Bukan karena bodoh, tetapi karena bahan bacaan yang akan diulang2 tidak saya miliki.
Ada rasa pesimis, sedih, karena ternyata sekolah punya (lho) buku2 bacaan, namun posisinya di ruang majelis guru, jadi siapa yang bapak dan 'mak nya jadi guru, dialah yang boleh bawa dan baca buku2 itu. Ujung2nya, sang juaraa kelas adalah mereka2 yang anak dari guru itu (maaf untuk kawan2 yang anak guru). Dan itulah yang saya alami. Saya paling banter dapat rangking 5 atau 6 saja. tak pernah jadi juara kelas. Karena masih ada sistem 'anak guru'.
Rasa ingin tahu saya dan teman2 sangat tinggi, tapi hanya alam yang mengajarkan kami banyak ilmu pengetahuan. Ada sungai yang setia menanti kami setiap hari sehabis pulang sekolah. Ada lapangan berlumpur di pinggir kali yang siap tempur untuk kami berlibur setiap akhir pekan. Ada hutan belantara yang menyapa kami untuk disenandungkan suara burung2 yang kami coba tangkap setiap minggunya. Ada golok dan pisau yang kami kepal untuk meracik mobil2an dan senapan buat melatih keihaian setiap diri.
Rasa senang itu datang kalau ada pengumumuan dari kantor sekolah yang mengatakan; 'guru rapat, kami boleh pulang..'''... Horeeee......
============
Ini cerita masa laluku bersama kawan2 seperjuangan (waktu SD);
Ucok (Muhammad Rozi, Muhammad Ilmin, Muhammad Zadri), Toguah, Iyal (alm), Jupan, Anjas, Budi, Sitas, Peri, Izul, Iwan, Ilih (smoro, srabak, golundi), upiak, Ipit, Lini, Neli, ..... maaf utk nama yang belum tersebutkan. Moga sehat2 dan Sukses2...
=============
Sekolah kami : SD N 02 Koto Rajo (Kini SD N 01 Koto Rajo)
Guru2 kami: Pak Nurlan, Pak Yahya, Pak Syahril, Buk Upiak, Buk Sidah, Buk Zubaidah, Buk Iyan