Video Masjid Al-Ikhwan Koto Rajo | Salah Satu Masjid Megah di Kab. Pasaman
Semarak Idul Fitri 1438 H di Koto Rajo | Pasaman
Ada Yang Bertanya; Pak, Kawo Itu Apa Sih..???
Koto Rajo Yang Diimpikan, Rao Utara Yang Didambakan, Pasaman Yang Dibanggakan; Bisakah?
Remaja dan Pemuda Koto Rajo Ingin Buat Rumah Baca, Cerdaskan Anak Nagari - Menunggu Uluran Tangan Donatur
Warga Rao Utara Pasang Plang "Hati-Hati, Awas Lobang Bro", | LensaKawo.Com
Menikmati Jernihnya Batang Asik Muaro Mungkaih Koto Rajo - Pasaman [Video] | LensaKawo.Com
Belajar Keseimbangan Dari Guru Ngaji
LensaKawo.Com. Salah satu kebiasaan yang saya lakukan setiap pulang kampung setelah magrib adalah berkungjung ke rumah Pak Haji Arman, tempat saya belajar nagji dulu. Hal semacam ini sudah saya jalani sejak mulai meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu di negeri orang. Tepatnya lagi di usia Madrasah Aliyah. Pulang hanya sekali dalam 2 atau 3 bulan saja.
Jika ditilik tahunnya mulai dari 2001 (kira2 usia saya waktu itu 16 tahun). Hingga saat ini diusia saya yang sudah 32 tahun.
Saya masih sangat ingat pesan dari pak Haji ketika sebelum berangkat sekolah keluar, dia menyuruh saya untuk membaca alqur'an dari berbagai arah; pertama alqur'an dibaca dari arah normal, setelah beberapa ayat, alqur'annya di geser 90 derajat, samping kiri dan samping kanan, lalu dari arah terbalik. Alhamdulillah saya bisa dengan lancar membacanya, walau masih rada pelan, kata guru agar dibiasakan saja. Ternyata tujuan beliau tidak lain adalah, nanti kalau saya di rantau orang bisa mengajarkan hal yang sama kepada generasi muda Islam.
Dan itu benar, selama saya sekolah 3 tahun di Madrasah Aliyah, selama itu pula saya mengajarkan kepada adik2 tempat saya tinggal, dan saya tidak canggung. Bukti terimakasih dari mereka yang saya ajarkan, saya dapat tambahan penghasilan. Walau tidak banyak, tapi tetap saya syukuri. Bahkan hingga menyelesaikan studi S1 saya di Padang, selama itu pula saya mengajrkan kepada anak2 untuk membaca al-qur'an.
Hingga pada suatu waktu, saat saya pulang kampung, saya tetap datang ke rumah beliau, sembari menunggu dan membimbing adik2 yang masih mengaji dengan pak Haji, selepas itu kami bercerita tentang banyak hal. Mulai dari kabar saya, sampi isu2 keagamaan yang timbul di masyarakat. Ada pituah (nasehat) yang disampaikan kepada saya;
Kalau ingin sukses di rantau orang, maka milikilah hal ini;
- Pandai mengaji (baca qur'an)
- Pandai Shalat (jadi imam)
- Pandaji Azan
- Pandai Khutbah/ceramah (walau sedikit),
Tujuannya adalah jika suatu saat salah satu dari yang 4 berhalangan, maka gantikan mereka. Jika sudah biasa, kamu juga akan berada di posisi yang sama. Ini bukan sebatas teori tetap untuk diamalkan. Dan benar, semua itu sudah saya buktikan sendiri.
Pada kesempatan lain, beliau memberi nasehat kepada saya, bahwa hidup ini harus seimbang. Pak haji menggeser lampu minyak yang berada diantara kami; lalu dia berkata;
Ketahuilah, hidup ini butuh KESEIMBANGAN, lihatlah bayang-bayang dari lampu ini. Ini adalah perumpamaan dari kehidupan dunia, bisa kamu jangkau tapi tidak bisa kamu miliki.
lalu beliau melanjutkan wejangannya, sampil memegan badan lampu;
Dan ketahuilah bahwa badan lampu yang saya pegang ini adalah perumpamaan akhirat. Jika kami mengambillnya, bayang2nya akan ikut, dunia akan ikut serta denganmu.
Apakah akhirat itu hanya Shalat? tidak..!!! Semua yang kita lakukan ini adalah ladang amal buat akhirat, asal dilandaskan KARENA ALLAH SWT. Insya Allah bernilai IBADAH.
Jadi, walau demikian, carilah keseimbangan itu.
#KawoKamil Murid Ngajinya Pak Haji Arman
SD Kami Tak Terjamah Perpustakaan
LensaKawo.Com. Sudah 32 tahun umur saya, tapi minat baca (buku) saya masih dibawah standar. Walau saat lulus kuliah S-1 IPK saya 3,81 dan dinobatkan sebagai lulusan terbaik dari fakultas dengan prediket cum laude. Namun, saya belum sepenuhnya puas. Saya hanya belajar dari pengalaman hidup, minat membaca saya sangat kurang, walau setiap bulan ada 2 atau 3 buku yang saya beli, tapi sepertinya hanya menjadi koleksi pribadi. Saya pikir2, semua itu adalah hasil dari masa lalu. Masa2 saya masih di bangku SD dulu.
Saya tidak menyalahkan masa lalu, karena akan pecuma dan tidak merubah keadaan. Akan tetapi itulah yang saya sesalkan.
Selama 6 tahun saya belajar di bangku Sekolah Dasar (SD), terhitung sejak 1991 hingga 1996 tak sekalipun kami (bersama teman2 seangkatan) diperkenalkan dengan buku2 bacaan, dan tak kenal juga wujud dari sebuah perpustakaan. Sehingga saya hanya memadakan yang ada saja, belajar dengan setengah pensil yang penghapusnya dari karet pengikat terlilit dibagian atas, serta buku tulis isi 18 lembar bergambar tari piring dan rumah adat minangkabau. Itu saja.
Hasilnya, tak banyak yang bisa saya dapat, bahkan Monas adalah singkatan dari.... (saja) saya tidak bisa menjawab. Bukan karena bodoh, tetapi karena bahan bacaan yang akan diulang2 tidak saya miliki.
Ada rasa pesimis, sedih, karena ternyata sekolah punya (lho) buku2 bacaan, namun posisinya di ruang majelis guru, jadi siapa yang bapak dan 'mak nya jadi guru, dialah yang boleh bawa dan baca buku2 itu. Ujung2nya, sang juaraa kelas adalah mereka2 yang anak dari guru itu (maaf untuk kawan2 yang anak guru). Dan itulah yang saya alami. Saya paling banter dapat rangking 5 atau 6 saja. tak pernah jadi juara kelas. Karena masih ada sistem 'anak guru'.
Rasa ingin tahu saya dan teman2 sangat tinggi, tapi hanya alam yang mengajarkan kami banyak ilmu pengetahuan. Ada sungai yang setia menanti kami setiap hari sehabis pulang sekolah. Ada lapangan berlumpur di pinggir kali yang siap tempur untuk kami berlibur setiap akhir pekan. Ada hutan belantara yang menyapa kami untuk disenandungkan suara burung2 yang kami coba tangkap setiap minggunya. Ada golok dan pisau yang kami kepal untuk meracik mobil2an dan senapan buat melatih keihaian setiap diri.
Rasa senang itu datang kalau ada pengumumuan dari kantor sekolah yang mengatakan; 'guru rapat, kami boleh pulang..'''... Horeeee......
============
Ini cerita masa laluku bersama kawan2 seperjuangan (waktu SD);
Ucok (Muhammad Rozi, Muhammad Ilmin, Muhammad Zadri), Toguah, Iyal (alm), Jupan, Anjas, Budi, Sitas, Peri, Izul, Iwan, Ilih (smoro, srabak, golundi), upiak, Ipit, Lini, Neli, ..... maaf utk nama yang belum tersebutkan. Moga sehat2 dan Sukses2...
=============
Sekolah kami : SD N 02 Koto Rajo (Kini SD N 01 Koto Rajo)
Guru2 kami: Pak Nurlan, Pak Yahya, Pak Syahril, Buk Upiak, Buk Sidah, Buk Zubaidah, Buk Iyan
Memaknai Adat "Barzanji & Dikir" Untuk Anak
LensaKawo.Com. Tak lekang dimakan zaman. Tradisi 'barsanji dan dikir' sudah ada sejak lama, mungkin sudah ratusan tahun, namun hingga saat ini masih tetap eksis. Tepatnya di Nagari Koto Rajo Kec. Rao Utara Kab. Pasaman, tradisi ini masih dipegang kuat oleh masyarakat. Apa sebenarnya makna dari barsanji dan dikir itu sendiri?
Setelah LK cari tau makna dari kedua kata Barzanji dan Dikir di dapat arti sebaagai berikut;
Berzanji atau Barzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. (sumber:wikipedia)
Pembacaan Berzanji pada umumnya dilakukan di berbagai kesempatan, sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, mencukur rambut bayi (akikah), acara khitanan, pernikahan, dan upacara lainnya. Di masjid-masjid perkampungan, biasanya orang-orang duduk bersimpuh melingkar. Lalu seseorang membacakan Berzanji, yang pada bagian tertentu disahuti oleh jemaah lainnya secara bersamaan. Di tengah lingkaran terdapat nasi tumpeng dan makanan kecil lainnya yang dibuat warga setempat secara gotong-royong. Terdapat adat sebagian masyarakat, dimana pembacaan Berzanji juga dilakukan bersamaan dengan dipindah-pindahkannya bayi yang baru dicukur selama satu putaran dalam lingkaran. Sementara baju atau kain orang-orang yang sudah memegang bayi tersebut, kemudian diberi semprotan atau tetesan minyak wangi atau olesan bedak. (sumber:wikipedia)
Sedangkan Dikir adalah kata lain dari zikir menurut masyarakat setempat. Yaitu lantunan kalimat2 zikir kepada Allah SWT dengan pujian dan pengharapan kebaikan pada semua terutama anak yang akan dihelatkan.
Nah, di Koto Rajo sendiri, untuk anak yang baru lahir hingga usia 1 atau 2 tahun (dilakukan sekali saja) dikategorikan kepada dua;
Pertama, tradisi turun tanah untuk anak yang punya silsilah keturunan 'raja' (minangkabau). Pada helat ini, anak di "tatah" kan, yaitu anak dipegang (bimbing) oleh seorang datuk, lalu ditatah memijak tanah yang sudah ditabur di atas hamparan kain kuning dengan disertai aneka bunga pada tanah tersebut. Laalu dibacakan doa pada anak.
Kedua, tradisi 'Maayunan Anak', yaitu diberlakukan bagi anak yang bukan dari keturunan raja (minangkabau), mereka hanya diayun pada buaian yang sudah dihiaas terlebih dahulu agar anak merasa betah duduk/berbaring di dalamnya. Sambil di dendangkan Barzanji dan Dikir (zikir)
Semoga saja anak2 yang lantunkan do'a dari 'barzanji dan dikir' bisa menjadi anak2 yang shaleh tentunya. Amin..