Tampilkan postingan dengan label Tak Berkategori. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tak Berkategori. Tampilkan semua postingan

Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Yuk Teladani Beliau...!!!

muhammad 
LensaKawo.Com. Selamat memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. 1438 H. Mari teladani kepribadian beliau; cara bertutur, cara bersikap dan cara bertindak sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Semoga kita menjadi ummat Nabi Muhammad SAW yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti. Amin...

Memaknai Adat "Barzanji & Dikir" Untuk Anak

l2LensaKawo.Com. Tak lekang dimakan zaman. Tradisi 'barsanji dan dikir' sudah ada sejak lama, mungkin sudah ratusan tahun, namun hingga saat ini masih tetap eksis. Tepatnya di Nagari Koto Rajo Kec. Rao Utara Kab. Pasaman, tradisi ini masih dipegang kuat oleh masyarakat. Apa sebenarnya makna dari barsanji dan dikir itu sendiri?


Setelah LK cari tau makna dari kedua kata Barzanji dan Dikir di dapat arti sebaagai berikut;


Berzanji atau Barzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. (sumber:wikipedia)


l3Pembacaan Berzanji pada umumnya dilakukan di berbagai kesempatan, sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, mencukur rambut bayi (akikah), acara khitanan, pernikahan, dan upacara lainnya. Di masjid-masjid perkampungan, biasanya orang-orang duduk bersimpuh melingkar. Lalu seseorang membacakan Berzanji, yang pada bagian tertentu disahuti oleh jemaah lainnya secara bersamaan. Di tengah lingkaran terdapat nasi tumpeng dan makanan kecil lainnya yang dibuat warga setempat secara gotong-royong. Terdapat adat sebagian masyarakat, dimana pembacaan Berzanji juga dilakukan bersamaan dengan dipindah-pindahkannya bayi yang baru dicukur selama satu putaran dalam lingkaran. Sementara baju atau kain orang-orang yang sudah memegang bayi tersebut, kemudian diberi semprotan atau tetesan minyak wangi atau olesan bedak. (sumber:wikipedia)


Sedangkan Dikir adalah kata lain dari zikir menurut masyarakat setempat. Yaitu lantunan kalimat2 zikir kepada Allah SWT dengan pujian dan pengharapan kebaikan pada semua terutama anak yang akan dihelatkan.


l7Nah, di Koto Rajo sendiri, untuk anak yang baru lahir hingga usia 1 atau 2 tahun (dilakukan sekali saja) dikategorikan kepada dua;


Pertama, tradisi turun tanah untuk anak yang punya silsilah keturunan 'raja' (minangkabau). Pada helat ini, anak di "tatah" kan, yaitu anak dipegang (bimbing) oleh seorang datuk, lalu ditatah memijak tanah yang sudah ditabur di atas hamparan kain kuning dengan disertai aneka bunga pada tanah tersebut. Laalu dibacakan doa pada anak.


Kedua, tradisi 'Maayunan Anak', yaitu diberlakukan bagi anak yang bukan dari keturunan raja (minangkabau), mereka hanya diayun pada buaian yang sudah dihiaas terlebih dahulu agar anak merasa betah duduk/berbaring di dalamnya. Sambil di dendangkan Barzanji dan Dikir (zikir)


l4Semoga saja anak2 yang lantunkan do'a dari 'barzanji dan dikir' bisa menjadi anak2 yang shaleh tentunya. Amin..

Kenali Tipe Keluargamu (Part.3)

Fighting-ParentsLensaKawo.Com. Melanjut tulisan sebelumnya, tentu sobat tidak ingin mengalami keluarga pada part 1 dan 2 bukan? Lalu bagaimana dengaan tipe keluarga yang ketiga ini? Apakah sobat mengalami atau bagaimana? Dan untuk mempersingkat cerita pada bagian ini saya sodorkan 2 tipe keluarga sekaligus. Monggo diintip...


Ketiga, Tipe Keluarga Terminal. Menurut penulis, tipe keluarga terminal ini hampir sama dengan tipe keluarga pasar. Di dalamnya tidak ada ketenangan dan kenyamanan. Yang ada hanyalah sorak sorai dari para agen bus di terminal yang menawarkan jasa angkutannya. Bus A meneriakkan ke Kota A, bus B meneriakkan ke kota B, dan seterus. Di sini tersirat tidak ada kesepakatan antara A dan B, antara suami dan isteri, anatara orang tua dan anak. Sehingga mereka menempuh jalannya masing-masing.


Keempat, Tipe Keluarga Rumah Sakit. Analisis apa yang terbayang oleh pembaca jika mendengar kata Rumah Sakit (RS). Yap, di sana ada doker, ada perawat, bidan, pasien dan keluarga pasien. Selain itu, juga ada obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Bagimana dengan pelayanannya? Sebagian rumah sakit memang memprioritaskan pelayanan adalah penting dan bahkan di nomor satukan, lalu RS di daerah pembaca sendiri bagaimana? Apakah itu sudah ditemukan?.


Menurut penulis, pelayanan ini memang sangatlah penting. Pemberi layanan mestilah memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sebab, pasien atau keluarga pasien yang tidak mendapat pelayanan yang baik dari pihak RS bukannya akan segera sembuh dari penyakit, malah hanya akan menambah beban penyakit, dan ini bukan hanya buat pasien saja tetapi juga keluarga pasien.


Dapat dibayangkan jika ini yang terjadi di tengah-tengah keluarga. Suami dan istri tidak mengerti dengan peran dan fungsinya masing-masing, tidak adanya rasa kasih sayang, empati dan kehangatan. Maka ini adalah salah satu pemicu dari keluarga “broken home”. Solusinya tentu masing-masing anggota keluarga harus tahu dengan peran dan fungsinya, saling mengerti dan memahami antara satu dengan yang lain, memberikan pelayanan terbaik kepada semua anggota yang ada dalam keluarga itu. Tujuannya adalah agar suami betah saat berada di rumah, istri juga demikian, anak-anakpun akan merasakan sebuah nilai yang mungkin saja tidak ia dapatkan di luar rumah.


 

Kenali Tipe Keluargamu (Part.2)

gb1LensaKawo.Com. Setelah sobat membaca tipe keluarg pertama, tentu tidak lengkap rasanya jika belum lanjut kepada tipe keluarga berikutnya. Apa sih tipe keluarga yang kedua?


Kedua, Tipe Keluarga Pasar. Tipe ini sepertinya 180 derajat sangat kontras dengan tipe keluarga kuburan. Penulis yakin bahwa pembaca dapat membayangkan bagaimana kondisi keberadaan pasar, yap,, tidak pernah tenang, bahkan setiap detik selalu ada jeritan, pekik suara pedagang yang menjajakan barang dagangannya. Penjual pakaian bersorak agar pakaian yang ia jual untuk dibeli, karena menurut dia barang jualannyalah yang bagus. Pedagang yang lain bersorak lagi, jualan dia yang bagus. Sepintas lalu mungkin itu kita anggap wajar, akan tetapi jika “diinok-manuangkan” menimbulkan sebuah persaingan yang tidak sehat. Dan bahkan pembeli sebagai pelanggan dapat terkecoh/tertipu dengan barang yang sudah mereka beli. Jika diibaratkan kepada sebuah keluarga, ini artinya di dalam keluarga itu saling “basitagang urek lihie”. Apa yang akan terjadi jika di dalam sebuah keluarga fenomena seperti ini sering kita temukan. Sepintas lalu ini agak lucu, setiap hari tetangga sebelah harus mendengar suara gelas/piring pecah, atau suara pintu yang dibanting.


Menurut istri dia yang harus begini dan begitu, pendapat dan idenya yang mesti dinomor satukan, akan tetapi menurut suami, dia yang paling hebat. Sehingga tidak ada ketenangan dan keharmonisan dalam keluarga itu. Dampaknya dari keluarga seperti ini sangatlah luar biasa terhadap anak. Penulis mengutip dari buku Psikologi Komunikasi (Jalaluddin Rakhmat) tentang sebuah sajak yang dibacakan oleh Koesdarini, pada sebuah seminar Ilmu Komunikasi di Unpad.


Children Learn What They Live  (Anak Belajar Dari Kehidupannya)


Jika Anak Dibesarkan Dengan Celaan, Dia Belajar Memaki


Jika Anak Dibesarkan Dengan Permusushan, Ia Belajar Berkelahi


Jika Anak Dibesarkan Dengan Cemoohan, Ia Belajar Rendah Diri


Jika Anak Dibesarkan Dengan Penghinaan, Ia Belajar Menyesali Diri


Jika Anak Dibesarkan Dengan Toleransi, Ia Belajar Menahan Diri


Jika Anak Dibesarkan Dengan Dorongan, Ia Belajar Percaya Diri


Jika Anak Dibesarkan Dengan Pujian, Ia Belajar Menghargai


Jika Anak Dibesarkan Dengan Sebaik-baik Perlakuan, Ia Belajar Keadilan


Jika Anak Dibesarkan Dengan Rasa Aman,  Ia Belajar Menaruh Kepercayaan


Jika Anak Dibesarkan Dengan Dukungan, Ia Belajar Menyenangi Dirinya


Jika Anak Dibesarkan Dengan Kasih Sayang dan Persahabatan, Ia Belajar Menemukan Cinta Dalam Kehidupan


divorce


bersambung...

Kenali Tipe Keluargamu

kelLensaKawo.Com. Tulisan ini sudah pernah saya kirim ke harian umum Singgalang (tahun 2010 awal) dan ternyata dimuat. Waktu tulisan ini saya tulis, saat itu saat tengah belajar di Program Pascasarjana salah satu perguruan tinggi negeri di kota Padang. Begini ceritanya:


Beberapa bulan yang lalu dalam sebuah perkuliahan di PPS UNP, secara mendadak saya diminta oleh teman-teman untuk menyampaikan pesan (taushiyah) singkat karena salah seorang rekan kuliah baru saja melangsungkan acara pernikahan. Yang terpikir oleh saay saat itu adalah; “kenapa harus saya?”, sedangkan teman-teman yang lain masih banyak dan ilmunyapun jauh melebihi saya” dan lagian saat itu saya juga belum ada pengalaaman berumahtangga, ya karena belum menikah, namun permintaan tetap harus ditunaikaan. Karena itu adalah sebuah permintaan, menjadi sebuah nilai tersendiri bagi saya dapat menyampaikan sesuatu yang mungkin berharga buat “pengantin baru” saat itu. Dan barangkali bermanfaat juga buat pembaca.


Di dalam kajian tentang keluarga, banyak teori yang mengemukakan hal-hal yang berkenaan dengan keuarga itu sendiri. Salah satunya adalah psikologi keluarga yang di dalamnya menceritakan banyak hal tentang keluarga, cara membentuk keluarga yang ideal, dan sebagainya, baik menurut konsep Barat maupun konsep Timur. Namun di sini, penulis melihat bahwa ada beberapa tipe-tipe keluarga yang sebenarnya mudah dan bahkan sering ditemui di tengah-tengah masyarakat.


Pertama, Tipe Keluarga Kuburan. Tipe keluarga semacam ini mencerminkan keluarga yang tidak adanya kehangatan, yang ada hanyalah keheningan/kebisuan, menyeramkan dan bahkan menakutkan. Antara anggota keluarga satu dengan yang lain saling diam, tidak terjalinnya komunikasi dengan baik. Pertanyaannya adalah; Apa sebenarnya yang terjadi pada keluarga semacam ini? Menurut penulis, bahwa komunikasi itu penting. Menciptakan keluarga yang penuh dengan kehangatan, salah satu kuncinya adalah menjalin komunikasi yang intens, baik antara suami dengan istri, menantu dengan mertua, anak dengan orang tua, dan sebaliknya.


Untuk saat ini, berkomunikasipun tidak harus saling tatap muka dan juga tidak memakan biaya mahal. Banyak sekali media yang dapat digunakan untuk itu. Seorang anak yang “kangen” dengan orang tuanya karana mungkin jarak yang cukup jauh, dapat berbicara melalui ponsel, YM, FB-an, twtter-an, BBM-an, skipy-an dan sebagainya, sehingga hubungan emosional sesama anggota keluarga tetap terjaga dengan baik. Namun, jika itu sudah diabaikan, mungkin saja karena kesibukan masing-masing, ayah sibuk dengan urusan kantornya, ibu sibuk dengan arisannya, anakpun akan sibuk dengan kegiatan sekolahnya. Maka ini artinya di dalam keluarga itu sudah tidak terjalin lagi hubungan emosional yang baik. Solusinya adalah harus ada salah satu yang dikorbankan. Misalnya sedikit mengurangi kesibukan / akifitas, menyediakan waktu khusus untuk keluarga, merencanakan liburan keluarga, dsb. Hal termudah yang mugkin bisa mulai untuk dilakukan yaitu saat berkumpul dengan semua anggota keluarga diwaktu jam makan malam, tidak salah rasanya jika sang ayah menanyakan PR anak, menyanjung masakan sang istri, atau hal-hal lain yang walaupun kecil namun memiliki arti yang sangat dalam.


bersambung...

Pesankan Yang Baik2

lensa1LensaKawo.Com. Anakmu Bukan Milikmu. Awalnya saya hanya tau dengan teori ini yang saya dapat dari beberapa buku psikologi yang saya baca, diantaranya psikologi komunikasi, psikologi anak dan remaja, psikologi Islam, dll. Namun profesi (sebagai Konselor di rumah sakit) mengharuskan saya mempraktekkan teori2 yang selama ini saya pelajari. Banyak dari klien saya mengeluhkan tentang anaknya; mereka mencap anaknya pemalas, susah diatur, suka telat bagun, tidak mau makan, tidak suka belajar, melawan ke orang tua, dll.


Awalnya saya masih ragu untuk berbagi ilmu dengan mereka, namun tetap saya beranikan diri dengan mengawali dengan menyampaikan kalimat sederhana; ‘mohon maaf bapak/ibu, secara teori saya tau sedikit ilmunya, namun secara praktek belum (karena saat itu posisi saya masih belum berkeluarga, usia 25 – 30 tahun)’. Tapi karena mereka yakin, meneruskan ceritanya.


Tidak saya urai lagi satu persatu masalah yang mereka alami, namun bisa dirangkum ke dalam beberapa daftar masalah (yang masih saya ingat);




  1. Orang tua (klien saya) kesal dengan anak karena anak malas melakukan banyak hal (malas; belajar, shalat, makan, bangun pagi, buat PR, dll)

  2. Orang tua (klien saya) kesal dengan anak karena anak suka membantah orang tua (tepatnya kritis menjawab orang tua)

  3. Orang tua (klien saya) ingin anak-anaknya mendengarkan semua perkataan orang tua, dan tidak boleh dibantah

  4. Orang tua (klien saya) ingin anak-anaknya unggul dari teman-teman seusianya


Sebenarnya poin di atas belum semua, mungkin masih banyak hal-hal lain yang lebih dari itu.


Di dalam dunia konseling, ada poin yang namanya 3M (mendengar, Memahami dan Merespon) terhadap cerita klien, ada pertanyaan terbuka, dorongan minimal, refleksi isi dan perasaan, konfrontasi serta teknik2 lain dalam ilmu konseling. Saya berusaha semaksimal mungkin menerapkan teknik2 yang saya dapatkan selama kuliah di bangku pendidikan S1. Dan S2 dulu.


Dan pada umumnya, klien saya tanya ulang untuk mendapatkan informasi detil tentang diri klien dan anaknya di rumah;




  1. Anak yang di cap malas; berapa kali intensitas bapak/ibu dalam satu hari mengatakan bahwa anak anda malas; malas makan, malas belajar, malas bangun malas sekolah, malas bikin PR, dsb ? Jika ini yang selalu anda sampaikan kepada anak (minimal 3x dalam sehari), maka hasilnya adalah anak anda menjadi pribadi yang mencap dirinya sendiri PEMALAS. Kok bisa?

  2. Dalam kajian psikologi, segala sesuatu yang diulang2 akan tersimpan lama di dalam memori manusia (anak).

  3. Otak manusia terdiri dari otak sada dan bawah sadar; perbandingan kapasitasnya adalah; otak sadar hanya 12 % saja, sedangkan otak bawah sadar 88 %. So, pesan yang anda sampaikan secar berulang2 tadi akan tersimpan di otak bawah sadar anak, lama kelamaan bisa menjadi sifat, sikap, tabiat, dan permanen.

  4. Ketika lingkungan di sekeliling anak semua memberikan label ‘malas’ kepada anak, maka secara agama-pun itu merupakan sebuah do’a untuk mereka agar menjadi malas.

  5. Anak suka membantah; Ingat, dalam satu tindakan (kegiatan), bepara kali pesan yang anda sampaikan kepada anak? 5 kali, 10 kali atau lebih? Dan pernahkah anak anda mengatakan bahwa ibunya ‘nyinyir’?


Masih dalam kajian psikologi, bahwa di sana dikatakan anda mesti memasuki dunia mereka, ada tiga pendekatan (ego) yang bisa dilakukan;




  1. Ego state parent (orang tua), di sini anda memposisikan diri sebagai orang tua (lihat situasi dan kondisi)

  2. Ego state adult (orang dewasa), di sini anda memposisikan diri sebagai orang yang lebih dewasa, misalnya dalam mengajak membuat sebuah keputusan pada anak (lihat situasi dan kondisi)

  3. Ego state child (anak-anak), di sini anda memposisikan diri sebagai anak yang seuisia dengan mereka, anda menjadi teman dan sahabat bagi anak2.


So, semuanya adalah situasional, jangan paksakan maunya anda.